Resensi Buku Originals Karya Adam Grant

resensi buku originals adam grant

Buku Originals karya Adam Grant diberi subjudul “Tabrak Aturan, Jadilah Pemenang”. Sebuah tagline yang menyentil kita untuk merenungkan, mengapa aturan perlu ditabrak? Aturan yang bagaimana? Apakah kita harus vokal menjurus radikal untuk menciptakan perubahan? Melalui buku  ini, Adam Grant bukan hanya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, tetapi juga memecah-belah gugus berpikir kita dalam memandang, menggagas, dan mengelola perubahan.

“Orang berakal sehat menyesuaikan diri dengan dunia; orang tak berakal sehat gigih berusaha menyesuaikan dunia dengan dirinya. Oleh karena itu, seluruh kemajuan bergantung pada orang tak berakal sehat.” – George Bernard Shaw

Berangkat dari kutipan tersebut, Adam Grant mengisahkan para tokoh yang berkontribusi besar pada kemajuan, yang dalam buku ini ia sebut sebagai para pelaku orisinal. Orang-orang yang memilih jalur yang lebih jarang dilalui, memperjuangkan ide-ide baru yang melawan arus, tetapi akhirnya membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Adam Grant juga menekankan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang benar-benar orisinal. Pada dasarnya seluruh ide kita dipengaruhi oleh hal-hal yang kita pelajari dari dunia sekitar kita. Jadi, orisinalitas di sini tidak dimaknai sebagai creators, tetapi lebih ke combiners dan innovators.

Pada bagian awal buku, Adam Grant mengajak pembaca untuk selalu mencari fault di dalam default. Inilah modal pertama dan utama para pelaku orisinal. Mereka adalah orang-orang yang memiliki komitmen dan ekspektasi tinggi pada perusahaan, tetapi tetap kritis dalam melihat sistem yang berjalan. “Menerima sistem yang sudah ada berfungsi sebagai penenang. Itulah obat pereda rasa sakit emosional: jika dunia sudah seharusnya seperti ini, maka kita tidak perlu kecewa dengannya. Namun, kepasrahan ini juga melenyapkan kemarahan moral dari kita untuk melawan ketidakadilan dan hasrat kreatif untuk memikirkan cara-cara alternatif.” (Hal. 9)

Seperti kata Dave Bilboa, cofounder dari Warby Parker, “Saya selalu menganggap kacamata sebagai alat medis. Dengan sendirinya saya beranggapan jika dokter yang menjualnya kepada saya, maka ada semacam pembenaran untuk harganya yang mahal.”  Paradigma seperti ini, menurut Adam Grant, perlu didobrak dengan memunculkan gelombang rasionalitas untuk mempertanyakan default, gelombang kesadaran bahwa default adalah suatu hal yang dibentuk oleh sebagian kelompok, dan karenanya sebagian lainnya bisa mencari pilihan alternatif.

Buku ini penuh dengan kisah-kisah unik dari para pelaku orisinal di dunia. Perusahaan Warby Parker, Martin Luther King, Bill Gates, Larry Page, Mahatma Gandhi, Steve Jobs, hingga perusahaan yang dinobatkan sebagai perusahaan paling orisinal di dunia, Bridgewater Associates. Menariknya, kisah-kisah yang sangat kontraintuitif ini bersumber dari penelitian-penelitian yang valid. Adam Grant, dengan brillian, mampu menarik poin-poin penting tentang orisinalitas dari kisah-kisah yang dimunculkan.

Saat mayoritas orang beranggapan bahwa diperlukan otoritas dan wewenang untuk melakukan perubahan, Adam Grant menentang itu dengan argumentasi bahwa kita perlu menyeimbangkan dua dimensi utama dalam hierarki sosial yang sering bergandengan: kekuatan dan status. Kekuatan adalah tentang penggunaan kontrol dan otoritas, sedangkan status adalah tentang kondisi dihargai dan dihormati. Ketika seseorang berusaha menerapkan kekuatan tanpa adanya status, orang lain hanya akan menganggapnya sebagai orang yang rumit, koersif, dan mementingkan diri sendiri. Pada akhirnya upaya perubahan hanya akan mengalami penolakan.

Saat intuisi kita mengatakan bahwa kecepatan adalah kunci perubahan, buku ini memaparkan bahwa asal cepat saja takkan selamat. “Memang burung yang mencari makan lebih dulu yang akan mendapatkan cacingnya, tetapi jangan pernah lupa bahwa cacing pertamalah yang tertangkap.” (Hal. 106)

Ketika kita percaya bahwa orang yang sukses memberi perubahan adalah mereka yang berani mengambil risiko besar, Adam Grant justru mengisahkan banyak kasus di mana para pelaku orisinal justru banyak menolak terjun ke pertarungan yang sebenarnya  tidak  perlu. Bahkan salah seorang cofounder Google pernah mengatakan bahwa ia hampir saja membatalkan peluncuran Google karena khawatir kalau harus berhenti dari program doktoral yang sedang ia jalani. Jadi, para pelaku orisinal justru adalah orang-orang yang pandai mengelola portofolio risikonya dalam memutuskan sesuatu.

Saat kita meratapi kurangnya terobosan baru di institusi, kita menyalahkan ketiadaan kreativitas. Andai saja orang bisa menghasilkan lebih banyak ide baru, keadaannya akan lebih baik. Namun, kenyataannya penghalang terbesar orisinalitas bukanlah pembuatan ide, melainkan pemilihan ide. Kita seringkali terlalu fokus pada kekuatan ide, tetapi mengabaikan atau meremehkan keterbatasannya. Kita rentan dengan pemilihan ide false positive dan pengabaian terhadap ide false negative.

Buku ini membuka wawasan kita bahwa setiap saat kita berhadapan dengan hal-hal yang kita sukai dan hal-hal yang tidak kita sukai. Hal yang kita sukai membuat kita bahagia. Hal yang tidak kita sukai mendorong hasrat kita untuk membuat perubahan yang setidaknya lebih ideal daripada yang kita dapati. Namun, menghadapi groupthink tentu tidak mudah. Orang-orang yang sudah sangat pro status quo sepertinya mustahil untuk digerakkan. Mengubah keyakinan dan perilaku yang sudah berakar dalam membutuhkan keberanian dan cara yang tepat di waktu yang tepat. Kadang, kita dihadapkan pada rasa takut akan penolakan. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan: Adakah orang yang dapat mengubahnya? Atau mungkin kita bertanya: Mungkinkah orang itu aku?

Adam Grant, melalui kisah-kisah pada buku ini, dengan cerdas dan provokatif menegaskan: Ya. Siapapun dapat menciptakan dan mendukung ide yang dapat memperbaiki lingkungan sekitar. Orisinalitas bukanlah bakat bawaan yang hanya dimiliki oleh mereka yang berani berpikir dan bertindak radikal. Orisinalitas ini dapat dikenali, ditumbuhkan, dan juga dikomunikasikan oleh setiap orang yang tidak puas dengan keadaan yang ada. Setiap kita bisa “tabrak aturan” dan menjadi pemenang, dalam konotasi yang positif!

Untuk pelaksana, buku ini mampu memprovokasi kita untuk mempertanyakan status quo, mengajarkan bagaimana mencari fault dalam default, menjadi orisinal tetapi tetap konformis, mengelola risiko yang muncul saat menyuarakan gagasan orisinal, menghindari groupthink tanpa harus tersisihkan. Buku ini mengajak kita untuk berani berinisiatif dan kreatif untuk menciptakan solusi-solusi alternatif dengan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda.

Untuk pemangku jabatan, buku ini dapat menjadi panduan untuk melakukan terobosan-terobosan baru, memantik agar kita mau dan mampu mengembangkan keragaman pemikiran, menyadari bahwa mencapai suatu tujuan yang besar tidak melulu berangkat dari kesepahaman. Justru tujuan yang besar hanya dapat dicapai dengan kapabilitas untuk mengakomodir dan mengelola perbedaan dari para pemikir besar. Setidaknya hal ini sudah dibuktikan oleh perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia.

Naskah resensi ini telah diikutkan dalam Lomba Menulis Resensi Buku Non Fiksi yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah DJBC Sulawesi Bagian Selatan dan Mendapat Juara III. Sebelumnya, naskah telah dimuat di blog Komunitas Literasi Julukana yang dapat diakses dari: https://kolinasulbagsel.wordpress.com/2020/12/01/catatan-nyeleneh-para-pembeda/

SHARE

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *