Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp16.000, Konsekuensinya Apa?

nilai tukar

Hari ini, ketika kita membuka laman berita atau melihat papan nilai tukar di layar gadget kita, mungkin kita akan dihadapkan pada berita yang tidak begitu menggembirakan: nilai tukar rupiah telah menembus angka Rp16.000 per Dolar AS. Saat tulisan ini dibuat, merujuk pada Google Finance, nilai tukar rupiah berada di angka Rp16.117 per Dolar AS. Ini bukanlah kabar yang bisa diabaikan begitu saja, karena dampaknya bisa dirasakan oleh setiap orang, dari pedagang kecil hingga perusahaan besar, dari karyawan hingga investor.

Mari kita tinjau apa yang perlu kita pahami di balik angka-angka ini dan apa yang bisa kita lakukan atas hal tersebut.

Memahami naik turunnya nilai tukar

Pada sistem ekonomi terbuka, transaksi ekonomi terjadi antara satu negara dengan negara lain dalam berbagai bentuk. Transaksi ekonomi internasional ini setidaknya memiliki dua kategori besar, yaitu Flow of goods and services, dalam bentuk Ekspor & Impor; serta Flow of Capital, dalam bentuk uang. Secara sederhana, meskipun seseorang tidak pernah ke Indonesia, orang tersebut dapat membeli barang-barang yang di produksi oleh perusahaan Indonesia atau dapat berinvestasi dengan membeli saham perusahaan Indonesia. Ini adalah contoh sistem ekonomi terbuka. Konsekuensi dari sistem ekonomi terbuka adalah naik turunnya Nilai Tukar (Exchange Rate). 

Oke, jadi bayangkan nilai tukar seperti sebuah balok. Ketika banyak orang mau beli balok dari negara kita, maka harga baloknya akan naik, sesuai hukum Supply and Demand. Hal yang sama bekerja pada nilai tukar. Jika permintaan untuk Rupiah kita naik, maka nilainya juga akan naik. Hanya saja, bentuk transaksinya ini bisa dalam bentuk arus barang dan jasa, atau arus modal secara langsung.

Arus barang dan jasa ini dalam bentuk ekspor-impor. Ketika kita melakukan ekspor barang ke luar negeri, orang di luar negeri perlu memiliki Rupiah untuk bertransaksi. Efeknya, permintaan akan Rupiah naik, dan nilai tukarnya juga akan naik. Sebaliknya, jika kita melakukan impor barang dari Amerika Serikat misalnya, maka kita butuh Dolar AS untuk bertransaksi. Ini membuat permintaan akan Dolar AS naik, dan membuat nilai tukar Rupiah akan relatif turun atau melemah terhadap Dolar AS.

Hal yang sama juga berlaku ketika ada arus modal. Ketika orang di luar negeri berinvestasi di Indonesia, maka mereka membutuhkan Rupiah yang membuat permintaan akan Rupiah naik dan nilai tukarnya akan naik. Sebaliknya, ketika kondisi iklim investasi di Indonesia tidak menarik bagi investor luar, mereka akan menarik modalnya dari Indonesia yang membuat permintaan akan Rupiah turun dan nilai tukarnya juga akan turun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Seperti yang telah dijelaskan, nilai tukar pada dasarnya juga dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Namun dalam konteks ini, apa yang mempengaruhi peningkatan/penurunan permintaan dan penawaran bisa sangat beragam dan kompleks. Sebut saja kondisi ekonomi negara, kebijakan fiskal dan moneter, dan sebagainya.

Jadi, bisa dibilang, nilai tukar itu seperti permainan yang terus berubah-ubah, tergantung apa yang terjadi di dalam dan luar negeri. Berikut beberapa penjelasan sederhana untuk memberikan gambaran singkat.

  1. Ekonomi Negara. Jika ekonomi Indonesia bagus, misalnya pertumbuhan ekonominya cepat dan banyak lapangan kerja, orang lebih tertarik untuk berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Nah, hal ini membuat permintaan terhadap mata uang Rupiah jadi naik, dan akhirnya nilai tukarnya juga naik.
  2. Neraca Perdagangan. Kalau Indonesia lebih banyak ekspor ke luar negeri daripada impor, artinya terjadi surplus perdagangan. Saat ekspor, orang membeli barang di Indonesia menggunakan Rupiah. Nah, ini bisa bikin nilai tukar Rupiah naik karena lebih banyak orang yang butuh mata uang Rupaih untuk belanja barang-barang dari Indonesia.
  3. Keadaan Dunia. Kejadian di negara lain juga bisa mempengaruhi nilai tukar kita. Misalnya, kalau ada krisis di negara lain yang membuat banyak investor memindahkan uangnya ke Indonesia yang dianggap lebih stabil, maka permintaan akan Rupiah jadi naik dan membuat nilai tukar Rupiah naik.
  4. Kebijakan Moneter. Kebijakan pemerintah, misalnya dengan suku bunga, juga bisa mempengaruhi nilai tukar. Saat suku bunga naik, orang lebih tertarik menyimpan modalnya di Indonesia karena akan mendapatkan imbal hasil yang lebih besar. Efeknya, permintaan akan Rupiah naik dan nilai tukar juga ikut naik.
  5. Politik dan Isu-isu Global: Kondisi geopolitik yang memanas juga bisa mempengaruhi nilai tukar. Konflik geopolitik umumnya menghasilkan ketidakpastian ekonomi global yang membuat investor ragu dan menarik uangnya dari negara-negara berkembang, yang akhirnya bikin nilai tukarnya turun.
Penyebab Anjloknya Nilai Tukar Rupiah Saat Ini

Sebelum membahas konsekuensinya, penting untuk memahami penyebab dari pelemahan nilai tukar rupiah saat ini. Salah satu faktor utama yang menyebabkan anjloknya nilai tukar rupiah adalah ketidakpastian dalam perekonomian global, terutama disebabkan oleh ketidakstabilan politik dan gejolak antara Iran dan Israel.

Tren melemahnya rupiah juga terjadi saat Dolar AS sedang perkasa terhadap mata uang lainnya. Perkasanya dolar AS terjadi di tengah ketidakpastian pemangkasan suku bunga acuan The Fed. Diketahui, The Fed akan menunda kebijakan pemangkasan suku bunga hingga September 2024 mendatang. Hal ini di antaranya karena pasar global dikejutkan oleh data inflasi Maret di AS, di mana consumer price index (CPI) AS meningkat lebih dari perkiraan konsensus.

Dari dalam negeri, fluktuasi rupiah diwarnai dengan ketidakpastian terkait dengan program-program pemerintahan transisi. Banyak pihak menilai cukup agresif, karena dapat mendorong peningkatan belanja negara yang cukup signifikan.

Selain itu, dari sisi fiskal, penerimaan negara juga cenderung menurun sejalan dengan normalisasi harga komoditas. Data terkini menunjukkan bahwa APBN masih mencatatkan surplus, tetapi cenderung menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Konsekuensi dari Pelemahan Nilai Tukar

Pelemahan nilai tukar rupiah memiliki dampak yang luas, terutama terhadap ekonomi domestik. Salah satunya adalah meningkatnya harga komoditas impor, karena biaya untuk membeli mata uang asing yang diperlukan untuk melakukan impor menjadi lebih tinggi. Ini berpotensi membuat biaya produksi meningkat dan biaya operasional perusahaan naik, sehingga harga beli barang-barang secara umum akan naik.

Pasar saham juga bisa merespons negatif terhadap pelemahan nilai tukar. Mungkin buat kebanyakan dari kita tidak terlalu memikirkan efek dari nilai tukar ini terhadap pergerakan saham di Indonesia. Padahal, pelemahan nilai tukar memiliki imbas yang sangat signifikan pada pergerakan arus inflow dan outflow di pasar obligasi dan saham. Kok bisa?

Sebagai gambaran, apabila Anda adalah seorang fund manager (FM) dari Amerika Serikat dan mengelola dana triliunan dan saya adalah seorang FM lokal. Kita sama-sama membeli saham ADRO di harga yang sama. Ketika saham ini tidak bergerak, tapi kurs rupiah melemah, saya mungkin akan santai-santai saja. Sebagai pengelola dana lokal, Laporan Keuangan saya tersaji dalam Rupiah, sehingga tidak akan ada selisih nilai kenaikan atau penurunan nilai tukar ketika Rupiah melemah atau menguat.

Sebaliknya, Anda sebagai FM dari AS jelas punya dampak yang luar biasa besar. Walaupun saham ADRO tidak bergerak, pelemahan nilai tukar Rupiah membuat aset investasi Anda mengalami penurunan ketika dikonversi kembali ke Dolar AS. Konsekuensinya, Anda dan sebagian besar fund manager dari luar negeri mungkin akan menarik diri dari pasar modal Indonesia. Hal ini dikenal dengan istilah foreign outflow yang umumnya berdampak pada penurunan harga saham.

Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah juga memberi peluang bagi pengusaha dalam negeri yang berorientasi ekspor dengan meningkatnya daya saing ekspor karena produk-produk Indonesia menjadi lebih murah bagi pasar luar negeri. Di samping itu, tingginya harga komoditas impor umumnya membuat masyarakat akan beralih ke produk dalam negeri. Hal ini juga bisa menjadi peluang bagi UMKM lokal untuk mengisi pasar.

Jadi, pelemahan nilai tukar Rupiah bisa berpengaruh besar pada ekonomi dan kehidupan sehari-hari kita. Namun, ini juga menyisakan sejumlah peluang. Kita hanya dituntut untuk paham, lalu bijak dalam menyikapinya.

SHARE

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *